JANGANLAH MENJUAL AGAMA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dimuliakan dan diridhoi Allah SWT.
Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para sahabat, sidang pembaca, maupun siapa saja yang membaca artikel ini apabila ada kata-kata atau tulisan yang kurang berkenan. Artikel ini tidak bermaksud mendiskreditkan, memojokkan, menyinggung dan mencap jelek (stigma) siapapun baik perorangan, golongan, lembaga maupun institusi. Kalaupun ada yang kurang berkenan anggap saja tulisan ini tidak ada dan mohon dihapus dari file otak Anda. Sekali lagi mohon maaf dengan seikhlas-ikhlasnya.
Sebelum memasuki inti pokok pembahasan, marilah kita renungkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an berikut ini :
”Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 62 : 10).
Dari ayat tersebut jelas, bahwa manusia (tanpa membedakan status seseorang) diharuskan mencari rejeki (yang halal) dimanapun dia berada. Rosululloh Muhammad SAW sendiri mencontohkan kepada umatnya, meskipun Beliau seorang rosul tetap mencari rejeki (berdagang) sambil syiar agama Islam, begitu pula dengan sahabat-sahabat Beliau. Bahkan kebanyakan dari sahabat-sahabat Beliau mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk agama Islam. Inilah yang disebut orang yang beriman (mukmin).
Kita sebagai umat Islam yang mengaku umat Beliau seharusnya meniru perilaku dan akhlak Beliau (sunnah Nabi), meskipun kita belum sempurna mengikuti seluruh jejak sunnah Rosul. Manusia sebagai khalifah di bumi memang diperintah Allah untuk mencari rejeki melalui pengelolaan dan pemberdayaan bumi beserta isinya dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran bersama.
Untuk mengelola dan memberdayakan bumi beserta isinya ini diperlukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tinggi rendahnya derajat seseorang salah satunya dinilai dari ilmu pengetahuan yang dia kuasai. Baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama.
Pada era saat ini banyak pondok pesantren-pondok pesantren modern yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan agama. Terobosan ini sangat tepat, karena selain mempersiapkan sumber daya yang siap kerja (urusan duniawi) juga dibekali/dibentengi dengan ilmu agama (duniawi dan ukhrowi).
Tapi sayang seribu sayang banyak juga yang pandai dari segi ilmu agama namun tidak dibekali ilmu umum yang mumpuni untuk kehidupan dunianya. Akibatnya apa yang terjadi? Sidang pembaca dan para sahabat mungkin yang lebih tau, karena hal ini bukanlah lagi menjadi rahasia umum.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dimuliakan dan diridhoi Allah SWT.
Sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para sahabat, sidang pembaca, maupun siapa saja yang membaca artikel ini apabila ada kata-kata atau tulisan yang kurang berkenan. Artikel ini tidak bermaksud mendiskreditkan, memojokkan, menyinggung dan mencap jelek (stigma) siapapun baik perorangan, golongan, lembaga maupun institusi. Kalaupun ada yang kurang berkenan anggap saja tulisan ini tidak ada dan mohon dihapus dari file otak Anda. Sekali lagi mohon maaf dengan seikhlas-ikhlasnya.
Sebelum memasuki inti pokok pembahasan, marilah kita renungkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an berikut ini :
”Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 62 : 10).
Dari ayat tersebut jelas, bahwa manusia (tanpa membedakan status seseorang) diharuskan mencari rejeki (yang halal) dimanapun dia berada. Rosululloh Muhammad SAW sendiri mencontohkan kepada umatnya, meskipun Beliau seorang rosul tetap mencari rejeki (berdagang) sambil syiar agama Islam, begitu pula dengan sahabat-sahabat Beliau. Bahkan kebanyakan dari sahabat-sahabat Beliau mengorbankan harta benda dan jiwanya untuk agama Islam. Inilah yang disebut orang yang beriman (mukmin).
Kita sebagai umat Islam yang mengaku umat Beliau seharusnya meniru perilaku dan akhlak Beliau (sunnah Nabi), meskipun kita belum sempurna mengikuti seluruh jejak sunnah Rosul. Manusia sebagai khalifah di bumi memang diperintah Allah untuk mencari rejeki melalui pengelolaan dan pemberdayaan bumi beserta isinya dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran bersama.
Untuk mengelola dan memberdayakan bumi beserta isinya ini diperlukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tinggi rendahnya derajat seseorang salah satunya dinilai dari ilmu pengetahuan yang dia kuasai. Baik itu ilmu pengetahuan umum maupun agama.
Pada era saat ini banyak pondok pesantren-pondok pesantren modern yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum dan agama. Terobosan ini sangat tepat, karena selain mempersiapkan sumber daya yang siap kerja (urusan duniawi) juga dibekali/dibentengi dengan ilmu agama (duniawi dan ukhrowi).
Tapi sayang seribu sayang banyak juga yang pandai dari segi ilmu agama namun tidak dibekali ilmu umum yang mumpuni untuk kehidupan dunianya. Akibatnya apa yang terjadi? Sidang pembaca dan para sahabat mungkin yang lebih tau, karena hal ini bukanlah lagi menjadi rahasia umum.
Lalu bagaimana ”penilaian” Allah SWT terhadap kondisi ini? Marilah kita buka peta hidup umat Islam yaitu Al-Qur’an Nur Karim.
”...dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Aku-lah kamu harus bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah 2 : 41).
Bagi umat islam sendiri diperingatkan oleh Allah SWT agar mengikuti (menimba ilmu) dari hamba-hamba-Nya yang saleh dan yang tidak mengharapkan pamrih dari manusia, kecuali rahmat dan ridha Allah SWT.
”Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Yaasiin 36 :21).
Atas uraian di atas saya menyerahkan penilaian kepada para sahabat dan sidang pembaca. Saya tidak berhak menghakimi, semuanya kembali ke masing-masin/pribadi. Sekali lagi saya mohon keikhlasan yang sedalam-dalamnya apabila ada yang merasa tersinggung dan terpojokkan, meskipun saya tidak bermaksud menyakiti saudara-saudara seiman. Semoga ini menjadi renungan kita bersama.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
www.akubersujud.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar