DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Senin, 01 Juni 2009

Haji Syariat, Haji Hakikat


HAJI SYARIAT, HAJI HAKIKAT

Assalamu'alaikum Wr. Wb


"...Menunaikan ibadah haji adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..."(QS. Ali Imran 3 : 97).

Para sahabat dan sidang pembaca yang dirahmati, dicintai, dimulikan dan diridhoi Allah SWT.

Ibadah haji adalah sempurnanya pelaksanaan rukun islam yang kelima. Ibadah haji juga merupakan puncak dari pencapaian spiritual seorang hamba Allah SWT. Namun tidak semua hamba Allah SWT diwajibkan untuk melaksanakan ibadah ini kecuali hamba-Nya yang mampu, baik dari segi material maupun non material. Dan selama hidup hanya diwajibkan satu kali.

Lalu bagaimanakah dengan hamba Allah SWT yang tidak mampu? Apakah pencapaian spiritualnya belum sempurna? Tentu saja tidak! Allah Maha Adil (Al-Adlu), dan Allah SWT memberikan sarana lain untuk mencapai puncak spiritual (untuk masalah ini Insya Allah akan kita bahas lain waktu).

Haji Syariat, Haji Hakikat

Dalam artikel ini saya bermaksud memberikan tambahan informasi tanpa bermaksud menggurui. Saya yakin bagi sidang pembaca dan sahabat yang pernah menjalankan ibadah haji atau yang berencana menunaikan ibadah rukun islam kelima ini sudah faham dan mempelajari syariat (Rukun, Wajib dan Sunah) haji. Dan apa yang saya tulis dibawah ini merupakan syariat haji dan saya tambahkan makna secara hakikat.

Pertama, Ihram.

Pada tanggal 8 Dzulhijjah, para jemaah haji sebelum melakukan bermalam di Mina pada pagi harinya diwajibkan memakai pakaian ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji) kemudian diwajibkan berniat haji dan membaca kalimat Talbiyah.

Lalu makna apa secara hakikat memakai pakaian ihram ini?

Pakaian berwarna putih ini sebagai simbol bahwa dihadapan Allah SWT semua orang pada hakikatnya sama dan yang membedakan adalah derajat ketakwaan dihadapan Allah SWT. Tidak peduli itu pejabat, pengusaha, maupun rakyat biasa.

Ihram juga berarti seorang hamba Allah SWT wajib menyucikan segala bentuk berhala dunia. Allah SWT secara hakikat memperintahkan agar manusia selalu membersihkan/mensucikan diri. Hanya Allah SWT yang ada dalam setiap hati abdullah.

Kedua, Thawaf

Latar belakang (ritual) ibadah thawaf merupakan salah satu ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum Nabi Ibrahim AS. Namun ibadah ini disempurnakan Nabi Ibrahim AS (nabinya agama Tauhid) yaitu dengan mengelilingi Baitullah atau Ka'bah.

Makna secara hakikat ibadah ini adalah Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk selalu dan senantiasa berdzikir terus menerus. Kitarilah atau kelilingilah nafsumu dengan Asma-Nya (Allah SWT), sehingga nafsu itu akan tunduk, patuh dan tidak berkuasa memperbudak manusia yang pada akhirnya akan mengajak manusia dalam jurang kesesatan.

Ketiga, Sa'i

Sa'i adalah berlari-lari kecil dari bukit Shafa dan bukit Marwa. Latar belakang (ritual) ibadah Sa'i adalah untuk mengenang perjuangan istri Nabi Ibrahim AS yaitu Siti Hajar yang berjuang mencari air untuk putra tercintanya, Nabi Ismail AS.

Adapun makna secara hakikat adalah Allah SWT selalu mengingatkan hamba-Nya untuk selalu berjuang dan terus berjuang untuk selalu berdzikir kepada-Nya untuk mengalahkan nafsunya. Diperlukan istiqomah yang luar biasa berat untuk memperoleh rahmat dan ridho dari Allah SWT.

Keempat, Wukuf

Wukuf adalah berdiam diri dan berdo'a di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga waktu Maghrib datang. Latar belakang (ritual) ibadah ini adalah untuk mengenang tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa dimuka bumi, setelah Allah SWT memerintahkan keduanya turun dari surga.

Wukuf di Padang Arafah adalah puncak dari ibadah haji. Al Hajju Arafah (haji adalah arafah). Disinilah seorang hamba Allah SWT akan mendapat "tanda" dari Allah SWT apakah hajinya diterima (mabrur) atau tidak.

Makna hakikat ibadah Wukuf adalah setelah kita berjuang mengitari nafsu dengan Asma-Nya (Thawaf) dan berjuang untuk selalu berdzikir kepada Allah SWT (Sa'i) maka di Padang Arafah inilah sebagai hamba Allah kita harus berserah diri secara totalitas. Berdiam diri, berdo'a dan berdzikir adalah bentuk dari Tafakur (seperti yang pernah dicontohkan Rosululloh SAW di Gua Hiro). Arafah juga berarti pengenalan diri, penyaksian diri. Makanya ibadah haji tolok ukurnya adalah wukuf di Padang Arafah.

Lalu "tanda" apa dari Allah bahwa haji seorang hamba mabrur? Ya...Penyaksian dan pengenalan diri yaitu "Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu. Wa man 'arafa Rabbahu faqad 'arafa sirrahu" (Barang siapa sudah mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhan Penciptanya. Dan barang siapa sudah mengenal Tuhannya maka dia sudah mengenal rahasia-Nya). Subhanalah! sebuah puncak prosesi ibadah yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata. Hanya hamba Allah SWT yang bersangkutan yang dapat merasakan.

Kelima, Lempar Jumrah.

Ibadah melempar jumrah dilaksanakan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. Latar belakang (ritual) dari ibadah ini adalah usaha Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim AS) yang mengusir iblis (yang menjelma menjadi manusia) saat sedang mencari air untuk putranya, Nabi Ismail AS.

Lalu makna hakikat ibadah ini adalah manusia sebagai hamba Allah berusaha membuang syaitan (sifat jelek/buruk dalam diri manusia) yang bersemayam dalam diri manusia.

Jadi anda jangan salah menafsirkan bahwa melempar jumrah adalah melempar syeitan dengan batu. Lha syaitan gak kelihatan (ghaib) kok dilempar batu...ya gak kena dong (he...he...sekedar joke aja!)

Demikian sedikit sumbangsih dari saya, semoga bermanfaat kepada para sahabat, sidang pembaca maupun saudara kita yang akan menunaikan ibadah haji. Semoga Allah SWT merahmati dan meridhoi, serta dimudahkan dalam menjalani ibadah haji. Amin ya Rabbal'alamin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fahri

SC-HSS
www.akubersujud.blogspot.com.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar