ISLAM KAFFAH
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Para sahabat dan sidang pembaca yang dimuliakan, dirahmati dan dicintai Allah SWT.
Sebelum memasuki uraian mengenai apa itu islam kaffah, saya terlebih dahulu menukilkan ayat dalam Al-Qur’an mengenai perintah Allah SWT agar sebagai umat islam kita harus menjalankan islam secara sempurna (kaffah).
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhan (kaffah/sempurna) dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah 2 : 208).
Pertama kali saya membaca ayat diatas maka beberapa pertanyaan berkecamuk dalam kepala saya. Hati saya gelisah. Ya Allah, dapatkah hamba menjalankan islam secara sempurna/kaffah? Saya ini lemah ya Allah. Mampukah saya mengaplikasikan Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat-ayat-Mu? Belum sempurna hamba menunaikan Al-Qur’an harus pula ditambah dengan menjalankan sunnah Rosul-Mu, Muhammad SAW, mampu dan sanggupkah hamba ya Allah?
Untuk beberapa saat saya terdiam dan termenung. Dengan kondisi bingung, saya memohon kepada Allah SWT. Ya, Allah tunjukkan dan pahamkan ayat-Mu atas jawaban apa itu islam kaffah yang menjadikan hati hamba yang gelisah ini menjadi tenang. Saya buka Al-Qur’an memohon tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT. Tidak berapa lama saya menemukan ayat yang membuat hati saya sedikit agak lega.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a) : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau-lah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al-Baqarah 2 : 286).
Hati saya sedikit lega. Allah SWT adalah pemilik nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dia tidak mungkin menuntut dan membebankan antara satu hamba dengan hamba-Nya yang lain dalam menjalankan islam atau ibadah yang sama bebannya, karena kemampuan masing-masing hamba berbeda.
Belum puas dengan jawaban diatas, saya memohon kembali kepada Allah SWT. Ya Allah, lalu apa yang harus hamba lakukan sehingga Engkau rahmati dan ridhoi hamba? Saya kembali membuka Al-Qur’an. Tidak berapa lama, saya menemukan beberapa ayat lagi yang membuat hati saya bertambah lega dan tenang.
“Kami berfirman : “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah 2 : 38).
“Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am 6 : 71).
Dari ayat diatas, saya dipahamkan Allah SWT, Pertama, bahwa kita sebagai hamba yang lemah dan bodoh ini hanya mampu memohon kepada-Nya untuk menjalankan roda kehidupan ini dengan petunjuk (rahmat)-Nya. Dan petunjuk yang diterima masing-masing hamba-Nya pastilah beda bebannya, sehingga hamba itu mampu menjalankan sesuai kemampuannya. Allah SWT-lah yang Maha Tahu.
Kedua, dalam menjalankan petunjuk itu seorang hamba harus dituntut menyerahkan total untuk menjalankannya, biar Allah SWT yang menuntunnya. Jangan sampai kita melibatkan pikir dan an-nafs. Serahkan semua setotal-totalnya kepada Allah SWT, kita tinggal menjalaninya. Seperti air mengalir. Bahkan semua makhluk Allah SWT-pun dituntut untuk menyerahkan diri secara total.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan di bumi, baik suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (QS. Ali-Imran 3 : 83).
Hal ini pula yang dicontohkan oleh para nabi dan rosul-Nya yang menyerahkan diri secara total, baik hidup dan pengabdiannya kepada Allah SWT.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”. (QS. An-Nisa’ 4 : 125)
Juga pernyataan Rosululloh SAW yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
“..Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku...”. (QS. Ali Imran 3 : 20).
Bukankah kata islam itu sendiri salah satunya memiliki arti penyerahan diri secara total, yaitu istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah SWT? Inilah yang dimaksud Islam Kaffah.
Demikian sedikit sumbangsih saya, semoga bermanfaat. Amin.
Wallahualam bi shawab.
Wassamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center-Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Para sahabat dan sidang pembaca yang dimuliakan, dirahmati dan dicintai Allah SWT.
Sebelum memasuki uraian mengenai apa itu islam kaffah, saya terlebih dahulu menukilkan ayat dalam Al-Qur’an mengenai perintah Allah SWT agar sebagai umat islam kita harus menjalankan islam secara sempurna (kaffah).
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhan (kaffah/sempurna) dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah 2 : 208).
Pertama kali saya membaca ayat diatas maka beberapa pertanyaan berkecamuk dalam kepala saya. Hati saya gelisah. Ya Allah, dapatkah hamba menjalankan islam secara sempurna/kaffah? Saya ini lemah ya Allah. Mampukah saya mengaplikasikan Al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat-ayat-Mu? Belum sempurna hamba menunaikan Al-Qur’an harus pula ditambah dengan menjalankan sunnah Rosul-Mu, Muhammad SAW, mampu dan sanggupkah hamba ya Allah?
Untuk beberapa saat saya terdiam dan termenung. Dengan kondisi bingung, saya memohon kepada Allah SWT. Ya, Allah tunjukkan dan pahamkan ayat-Mu atas jawaban apa itu islam kaffah yang menjadikan hati hamba yang gelisah ini menjadi tenang. Saya buka Al-Qur’an memohon tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT. Tidak berapa lama saya menemukan ayat yang membuat hati saya sedikit agak lega.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a) : “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma’aflah kami; ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau-lah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. Al-Baqarah 2 : 286).
Hati saya sedikit lega. Allah SWT adalah pemilik nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dia tidak mungkin menuntut dan membebankan antara satu hamba dengan hamba-Nya yang lain dalam menjalankan islam atau ibadah yang sama bebannya, karena kemampuan masing-masing hamba berbeda.
Belum puas dengan jawaban diatas, saya memohon kembali kepada Allah SWT. Ya Allah, lalu apa yang harus hamba lakukan sehingga Engkau rahmati dan ridhoi hamba? Saya kembali membuka Al-Qur’an. Tidak berapa lama, saya menemukan beberapa ayat lagi yang membuat hati saya bertambah lega dan tenang.
“Kami berfirman : “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-Baqarah 2 : 38).
“Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am 6 : 71).
Dari ayat diatas, saya dipahamkan Allah SWT, Pertama, bahwa kita sebagai hamba yang lemah dan bodoh ini hanya mampu memohon kepada-Nya untuk menjalankan roda kehidupan ini dengan petunjuk (rahmat)-Nya. Dan petunjuk yang diterima masing-masing hamba-Nya pastilah beda bebannya, sehingga hamba itu mampu menjalankan sesuai kemampuannya. Allah SWT-lah yang Maha Tahu.
Kedua, dalam menjalankan petunjuk itu seorang hamba harus dituntut menyerahkan total untuk menjalankannya, biar Allah SWT yang menuntunnya. Jangan sampai kita melibatkan pikir dan an-nafs. Serahkan semua setotal-totalnya kepada Allah SWT, kita tinggal menjalaninya. Seperti air mengalir. Bahkan semua makhluk Allah SWT-pun dituntut untuk menyerahkan diri secara total.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan di bumi, baik suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan”. (QS. Ali-Imran 3 : 83).
Hal ini pula yang dicontohkan oleh para nabi dan rosul-Nya yang menyerahkan diri secara total, baik hidup dan pengabdiannya kepada Allah SWT.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”. (QS. An-Nisa’ 4 : 125)
Juga pernyataan Rosululloh SAW yang diabadikan dalam Al-Qur’an.
“..Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku...”. (QS. Ali Imran 3 : 20).
Bukankah kata islam itu sendiri salah satunya memiliki arti penyerahan diri secara total, yaitu istaslama-taslim-mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah SWT? Inilah yang dimaksud Islam Kaffah.
Demikian sedikit sumbangsih saya, semoga bermanfaat. Amin.
Wallahualam bi shawab.
Wassamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
Shalat Center-Halaqah Sampangan Semarang
www.akubersujud.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar