MENGURAI POTENSI MANUSIA (JIWA/RUH) - Bagian 5
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sidang pembaca yang dirahmati, dicintai & dimuliakan Allah SWT.
Manusia terserang insomnia (penyakit lupa). Kenapa saya berkata demikian? Karena manusia lupa suatu kejadian yang terpenting dalam hidupnya. Tidak ada file sedikitpun dalam otak manusia mengenai peristiwa masa lalu tersebut. Peristiwa apakah itu? Ternyata manusia (Ar-Ruh) pernah bertemu/bertatap muka/berdialog/Makrifatullah dengan Allah SWT di Alam Azali. Anda tidak percaya? Coba perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an di bawah ini :
”Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..”. (Surat Al-A’raf 7 : 172)
Betulkan? Tapi ingatkah anda mengenai peristiwa tersebut? Jawabnya pasti tidak. Ar-Ruh yang merupakan sejatinya manusia telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Allah. Kesaksian ini sebagai bukti pengakuan manusia akan siapa Rabbnya. Sehingga pada Hari Kebangkitan manusia tidak mengelak dari persaksian tersebut.
Setiap hari pun sebenarnya manusia mengalami makrifatullah, namun manusia jarang memperhatikannya. Coba perhatikan ayat berikut ini.
”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya : maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Surat Az-Zumar 39 : 42).
Coba perhatikan ketika anda tidur, dan orang lain membuka mata anda, apakah mata anda dapat melihat? tidakkan, padahal mata anda terbuka. Lalu siapa yang dapat melihat? yaitu Ar-Ruh dan ketika anda terjaga dari tidur barulah anda melihat.
Manusia terserang insomnia (penyakit lupa). Kenapa saya berkata demikian? Karena manusia lupa suatu kejadian yang terpenting dalam hidupnya. Tidak ada file sedikitpun dalam otak manusia mengenai peristiwa masa lalu tersebut. Peristiwa apakah itu? Ternyata manusia (Ar-Ruh) pernah bertemu/bertatap muka/berdialog/Makrifatullah dengan Allah SWT di Alam Azali. Anda tidak percaya? Coba perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an di bawah ini :
”Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..”. (Surat Al-A’raf 7 : 172)
Betulkan? Tapi ingatkah anda mengenai peristiwa tersebut? Jawabnya pasti tidak. Ar-Ruh yang merupakan sejatinya manusia telah bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Allah. Kesaksian ini sebagai bukti pengakuan manusia akan siapa Rabbnya. Sehingga pada Hari Kebangkitan manusia tidak mengelak dari persaksian tersebut.
Setiap hari pun sebenarnya manusia mengalami makrifatullah, namun manusia jarang memperhatikannya. Coba perhatikan ayat berikut ini.
”Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya : maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Surat Az-Zumar 39 : 42).
Coba perhatikan ketika anda tidur, dan orang lain membuka mata anda, apakah mata anda dapat melihat? tidakkan, padahal mata anda terbuka. Lalu siapa yang dapat melihat? yaitu Ar-Ruh dan ketika anda terjaga dari tidur barulah anda melihat.
Lalu apa, siapa, dimana, wujud, dan jenisnya Ar-Ruh itu? Allah SWT hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang itu.
”Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh, katakanlah : ”Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan kamu tiada diberi pengetahuan melainkan sedikit...” (Surat Al-Isra’ 17 : 85).
Ok. Supaya para sahabat tidak bingung, saya mencoba mengurai sedikit mengenai Jiwa/Ruh. Pada prinsipnya, diri manusia terdiri dari 2 ruh, yaitu Ruh Ruhani dan Ruh Jasmani.
Ruh Ruhani adalah bagian daripada Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam janin manusia pada saat umur janin 4 bulan di dalam kandungan ibunya. Dia inilah Sang Khalifah (Al-Fitrah Al- Munazalah/penguasa tubuh). Ruh Ruhani inilah yang disebut Ar-Ruh.
”..Kemudian Dia sempurnakan (kejadian)-Nya dan Dia tiupkan ruh ke dalamnya..” (Surat As-Sajdah 32 : 9)
Dia tidak pernah tidur, makan, minum, serba tahu, bermakrifat kepada Allah, Mi’raj ketika shalat, penuh cinta dan kasih sayang, dll. Inilah potensi manusia yang sebenar-benarnya.
”Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (bashiroh/yang tahu)..” (Surat Al-Qiyamah 75 : 14).
”Engkau tidak memperoleh kaum yang beriman kepada Allah & Hari Akhir, bahwa mereka mengasihi orang-orang yang menentang Allah & Rasul-Nya, meskipun mereka itu bapak, anak, saudara atau kerabatnya. Mereka telah ditetapkan Allah keimanan dalam hatinya dan dikuatkan-Nya mereka dengan ruh daripada-Nya”. (Surat Al-Mujadalah 58 : 22).
Sedangkan Ruh Jasmani disebut dengan jiwa (berkumpulnya nafsu manusia) yang menghidupi nutfah (proses bertemunya sperma dengan indung telur sampai segumpal darah).
Jiwa adalah bersemayamnya Ar-Ruh. Jiwa ini termasuk materi yang berasal dari saripati tanah. Bisa disebut dengan Ruh Insani, Ruh Jasmani. Ruh jasmani tiap orang tidak akan sama. Ruh Jasmani bisa disebut An-Nafs (diri), mereka ini besok yang akan mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya dihadapan Allah SWT pada hari kiamat saat hari berbangkit. Setelah Sang Nafs lepas dari tubuh yang rusak (mati) mereka akan mengembalikan Ruh Ruhani (Ar-Ruh) ke asalnya Allah. Kemudian mereka (ruh jasmani) akan masuk ke dalam tubuh manusia pada hari kebangkitan.
”Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)... (Surat At-Takwir 81 : 7).
Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Jasmani/Raga.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
”Dan mereka bertanya kepadamu tentang Ruh, katakanlah : ”Ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan kamu tiada diberi pengetahuan melainkan sedikit...” (Surat Al-Isra’ 17 : 85).
Ok. Supaya para sahabat tidak bingung, saya mencoba mengurai sedikit mengenai Jiwa/Ruh. Pada prinsipnya, diri manusia terdiri dari 2 ruh, yaitu Ruh Ruhani dan Ruh Jasmani.
Ruh Ruhani adalah bagian daripada Ruh Allah yang ditiupkan ke dalam janin manusia pada saat umur janin 4 bulan di dalam kandungan ibunya. Dia inilah Sang Khalifah (Al-Fitrah Al- Munazalah/penguasa tubuh). Ruh Ruhani inilah yang disebut Ar-Ruh.
”..Kemudian Dia sempurnakan (kejadian)-Nya dan Dia tiupkan ruh ke dalamnya..” (Surat As-Sajdah 32 : 9)
Dia tidak pernah tidur, makan, minum, serba tahu, bermakrifat kepada Allah, Mi’raj ketika shalat, penuh cinta dan kasih sayang, dll. Inilah potensi manusia yang sebenar-benarnya.
”Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri (bashiroh/yang tahu)..” (Surat Al-Qiyamah 75 : 14).
”Engkau tidak memperoleh kaum yang beriman kepada Allah & Hari Akhir, bahwa mereka mengasihi orang-orang yang menentang Allah & Rasul-Nya, meskipun mereka itu bapak, anak, saudara atau kerabatnya. Mereka telah ditetapkan Allah keimanan dalam hatinya dan dikuatkan-Nya mereka dengan ruh daripada-Nya”. (Surat Al-Mujadalah 58 : 22).
Sedangkan Ruh Jasmani disebut dengan jiwa (berkumpulnya nafsu manusia) yang menghidupi nutfah (proses bertemunya sperma dengan indung telur sampai segumpal darah).
Jiwa adalah bersemayamnya Ar-Ruh. Jiwa ini termasuk materi yang berasal dari saripati tanah. Bisa disebut dengan Ruh Insani, Ruh Jasmani. Ruh jasmani tiap orang tidak akan sama. Ruh Jasmani bisa disebut An-Nafs (diri), mereka ini besok yang akan mempertanggungjawabkan perilaku hidupnya dihadapan Allah SWT pada hari kiamat saat hari berbangkit. Setelah Sang Nafs lepas dari tubuh yang rusak (mati) mereka akan mengembalikan Ruh Ruhani (Ar-Ruh) ke asalnya Allah. Kemudian mereka (ruh jasmani) akan masuk ke dalam tubuh manusia pada hari kebangkitan.
”Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)... (Surat At-Takwir 81 : 7).
Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Jasmani/Raga.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar