MENGURAI POTENSI MANUSIA (RASIO)-BAGIAN 1
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Para Sahabat yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Dalam tulisan ini saya mencoba menguraikan apa saja potensi manusia. Tiap-tiap diri manusia semua memiliki potensi ini yaitu Rasio (Pikiran), Akal (Al-Aqlu), Hati (qolbu), Nafsu, Jiwa/Ruh dan Raga/Tubuh/Jasmani. Saya mencoba mengurai satu per satu secara sederhana, dan semoga para sahabat dapat mengembangkannya.
A. RASIO/PIKIRAN
Pada dasarnya rasio/pemikiran tidak semakna dengan akal (Al-Aqlu). Sasaran rasio adalah segala sesuatu yang hanya dapat ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indera manusia. Seperti binatang, mereka memiliki pikiran/rasio tetapi tidak memiliki akal.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Para Sahabat yang dirahmati dan dimuliakan Allah SWT.
Dalam tulisan ini saya mencoba menguraikan apa saja potensi manusia. Tiap-tiap diri manusia semua memiliki potensi ini yaitu Rasio (Pikiran), Akal (Al-Aqlu), Hati (qolbu), Nafsu, Jiwa/Ruh dan Raga/Tubuh/Jasmani. Saya mencoba mengurai satu per satu secara sederhana, dan semoga para sahabat dapat mengembangkannya.
A. RASIO/PIKIRAN
Pada dasarnya rasio/pemikiran tidak semakna dengan akal (Al-Aqlu). Sasaran rasio adalah segala sesuatu yang hanya dapat ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indera manusia. Seperti binatang, mereka memiliki pikiran/rasio tetapi tidak memiliki akal.
Pada intinya panca indera manusia ini banyak mengalami keterbatasan. Contohnya ketika kita melihat gunung dari jauh, kita mengira bahwa gunung berwarna biru. Namun ketika disekati warna gunung adalah hijau, karena banyak ditumbuhi tumbuhan dan pepohonan. Demikian pula langit. Kita mengira bahwa langit berwarna biru, namun kalau kita melintas orbit (misal astronot) maka warna biru pada langit tidak ada.
Demikian pula telinga yang hanya dapat mendengar suara dari jarak tertentu. Bahkan ketika ada suara (katakanlah teman kita berbisik), kadang-kadang kita minta diulang karena tidak mendengar. Frekuensi telinga juga didesain untuk menangkap suara pada frekuensi tertentu, sehingga manusia tidak bisa mendengar suara semut, rayap, dll. Coba banyangkan kalau telinga bisa mendengar segala frekuensi, mungkin kita tidak bisa tidur nyenyak.
Dengan keterbatasan indera ini (bahwa manusia itu lemah) maka Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk, bahwa adanya Sang Master Design (pencipta dan perancang tunggal) atas terjadinya alam semesta ini.
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah ditunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (Surat An-Nahl 16 : 44).
Al-Qur'an diperuntukkan bagi manusia sebagai peringatan tetapi banyak sekali diantara manusia yang membantah tentang ke-Esaa-an dan kekuasaan Allah Rabb semesta alam.
"Dan Dia (Allah SWT) menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi kaum berfikir". (Surat Al-Jasiyah 45 : 13).
Selain penciptaan dan peristiwa alam semesta sebagai bukti eksistensi Allah SWT, maka Allah-pun memberikan informasi mengenai kejadian manusia, sehingga kesadaran akan muncul.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudiaan tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (Surat Ar-Rum 30 : 20).
Meskipun Allah SWT menyuruh manusia untuk membaca ayat-ayat kauniyah, tetapi kebanyakan dari mereka mengikarinya.
"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata". (Surat An-Nahl 16 : 4).
Untuk membuktikan ke-Esa-an Allah SWT maka pikir/rasio tidak dapat menjangkaunya. Untuk dapat membuktikan Allah Esa diperlukan olah jiwa/spiritual. Bahkan pikir tidak bisa memahami spiritual.
Ini dicontohkan Allah SWT dalam peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir. Dimana Nabi Musa selalu memprotes apa yang dilakukan Nabi Khidir seperti melubangi kapal nelayan, membunuh anak kecil dan menegakkan dinding rumah yang akan roboh. Baca (Surat Al-Kahfi 18 : 66-82).
Demikian sekilas urain saya tentang rasio/pemikiran. Semoga bermanfaat. Pada artikel selanjutnya akan saya bahas mengenai akal (Al-Aqlu).
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Demikian pula telinga yang hanya dapat mendengar suara dari jarak tertentu. Bahkan ketika ada suara (katakanlah teman kita berbisik), kadang-kadang kita minta diulang karena tidak mendengar. Frekuensi telinga juga didesain untuk menangkap suara pada frekuensi tertentu, sehingga manusia tidak bisa mendengar suara semut, rayap, dll. Coba banyangkan kalau telinga bisa mendengar segala frekuensi, mungkin kita tidak bisa tidur nyenyak.
Dengan keterbatasan indera ini (bahwa manusia itu lemah) maka Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk, bahwa adanya Sang Master Design (pencipta dan perancang tunggal) atas terjadinya alam semesta ini.
"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah ditunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (Surat An-Nahl 16 : 44).
Al-Qur'an diperuntukkan bagi manusia sebagai peringatan tetapi banyak sekali diantara manusia yang membantah tentang ke-Esaa-an dan kekuasaan Allah Rabb semesta alam.
"Dan Dia (Allah SWT) menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi kaum berfikir". (Surat Al-Jasiyah 45 : 13).
Selain penciptaan dan peristiwa alam semesta sebagai bukti eksistensi Allah SWT, maka Allah-pun memberikan informasi mengenai kejadian manusia, sehingga kesadaran akan muncul.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudiaan tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak." (Surat Ar-Rum 30 : 20).
Meskipun Allah SWT menyuruh manusia untuk membaca ayat-ayat kauniyah, tetapi kebanyakan dari mereka mengikarinya.
"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata". (Surat An-Nahl 16 : 4).
Untuk membuktikan ke-Esa-an Allah SWT maka pikir/rasio tidak dapat menjangkaunya. Untuk dapat membuktikan Allah Esa diperlukan olah jiwa/spiritual. Bahkan pikir tidak bisa memahami spiritual.
Ini dicontohkan Allah SWT dalam peristiwa antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir. Dimana Nabi Musa selalu memprotes apa yang dilakukan Nabi Khidir seperti melubangi kapal nelayan, membunuh anak kecil dan menegakkan dinding rumah yang akan roboh. Baca (Surat Al-Kahfi 18 : 66-82).
Demikian sekilas urain saya tentang rasio/pemikiran. Semoga bermanfaat. Pada artikel selanjutnya akan saya bahas mengenai akal (Al-Aqlu).
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar