MENGURAI POTENSI MANUSIA (NAFSU) - Bagian 4
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sidang pembaca yang dirahmati, dicintai dan dimuliakan Allah, SWT.
Marilah kita masuki bagian keempat artikel mengenai potensi manusia yaitu mengenai nafsu.
Secara sederhana nafsu yang ada pada diri manusia ada 4 kategori :
a. Nafsu Supiyah
Nafsu ini identik dengan binatang. Aktivitas binatang tidak jauh dari makan minum, syahwat dan tidur. Inilah level terendah dari kesadaran manusia, karena hidup ini hanya digunakan untuk makan minum, tidur dan mengumbar nafsu syahwat pada sesuatu yang tidak haq.
Segala cara ditempuh untuk memperoleh kebutuhan (makan & minum) tanpa memikirkan cara memperolehnya (halal/haram, menyakiti hak orang lain/tidak, dll). Yang penting perut kenyang.
Ciri lain nafsu supiyah, tidak terkontrolnya nafsu (birahi, serakah, rakus, menang-menangan, dll). Akibat perilaku ini tidak saja diri sendiri yang dirugikan tetapi juga orang lain.
Untuk manusia yang masuk dalam kriteria ini, Allah SWT menyebut manusia yang harkat dan martabatnya lebih rendah daripada binatang. Karena manusia diberikan akal, sementara binatang tidak. Na’udzubilahi min dzalik!
b. Nafsu Ammarah Bissu’
Segala cara ditempuh untuk memperoleh kebutuhan (makan & minum) tanpa memikirkan cara memperolehnya (halal/haram, menyakiti hak orang lain/tidak, dll). Yang penting perut kenyang.
Ciri lain nafsu supiyah, tidak terkontrolnya nafsu (birahi, serakah, rakus, menang-menangan, dll). Akibat perilaku ini tidak saja diri sendiri yang dirugikan tetapi juga orang lain.
Untuk manusia yang masuk dalam kriteria ini, Allah SWT menyebut manusia yang harkat dan martabatnya lebih rendah daripada binatang. Karena manusia diberikan akal, sementara binatang tidak. Na’udzubilahi min dzalik!
b. Nafsu Ammarah Bissu’
Nafsu ini selalu melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau menentang, bahkan patuh dan tunduk saja kepada nafsu syahwat dan panggilan syeitan. Tipe nafsu ini identik dengan syaitan.
”..Nafsu itu selalu menyuruh/mengajak kepada kejahatan (ammarah bissu’) kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT..” (Surat Yusuf 12 : 53).
” Maka pernahkah kamu melihat orang menjadikan nafsunya sebagai tuhannya..” (Al-Jasiyah 45 : 23).
”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah nafsunya kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)...” (Surat Al-Furqan 25 : 43-44).
c. Nafsu Lawammah
”..Nafsu itu selalu menyuruh/mengajak kepada kejahatan (ammarah bissu’) kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT..” (Surat Yusuf 12 : 53).
” Maka pernahkah kamu melihat orang menjadikan nafsunya sebagai tuhannya..” (Al-Jasiyah 45 : 23).
”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah nafsunya kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)...” (Surat Al-Furqan 25 : 43-44).
c. Nafsu Lawammah
Nafsu ini tidak/belum sempurna ketenangannya karena selalu menentang atau melawan kejahatan tetapi suatu saat teledor dan lali berbakti kepada Allah, sehingga dicela dan disesalkan. Nafsu ini identik dengan manusia, dimana dalam diri manusia ada dua kekuatan beradu antara Syetan dan Malaikat.
”Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)...” (Surat Al-Qiyamah 75 : 2).
d. Nafsu Muthmainah
”Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)...” (Surat Al-Qiyamah 75 : 2).
d. Nafsu Muthmainah
Nafsu ini tenang pada suatu hal dan jauh dari keguncangan yang disebabkan oleh bermacam-macam tantangan dan dari bisikan syaitan. Nafsu ini identik dengan malaikat.
”Hai jiwa yang tenang. Kemalilah kamu kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka msuklah kamu dalam golongan hamba-hambaku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku”. (Surat Al-Fajr 89: 27-30).
Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Ruh/Jiwa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
”Hai jiwa yang tenang. Kemalilah kamu kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. Maka msuklah kamu dalam golongan hamba-hambaku. Dan masuklah kamu dalam surga-Ku”. (Surat Al-Fajr 89: 27-30).
Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan kepada para Sahabat. Semoga bermanfaat. Bahasan selanjutnya adalah Mengurai Potensi Manusia mengenai Ruh/Jiwa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Fahri
SC-HSS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar