DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 26 April 2013

Belajar "Ke-Tauhid-an" Kepada Pohon Pisang

BELAJAR “KE-TAUHID-AN” KEPADA POHON PISANG


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran 3: 191).

          Begitu besar kenikmatan hidup yang telah Allah SWT berikan kepada kita kalau kita mau merenungi (tafakur). Nikmat yang tertinggi adalah kita diberikan nafas (kesadaran) yang mempunyai nilai tak terhingga. Belum lagi nikmat dibalik nafas tersebut, dimana untuk menjalani hidup ini kita tidak direpotkan untuk mengatur hembusan dan tarikan nafas. Semua berjalan dengan kehendak Allah SWT melalui Qohar-Nya (Yang Maha Menggerakkan).

          Kesadaran-lah (berakal) yang membuat manusia dilebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Namun kebanyakan dari kita senantiasa berada dalam posisi sadar, hidup kita kebanyakan lebih banyak terjaga. Apa beda sadar dan terjaga? Sadar adalah posisi kita senantiasa ingat akan kenikmatan Allah SWT (dzikrullah) yang diberikan kepada kita, sehingga dalam menjalani hidup ini senantiasa bersyukur, positive thinking, berperilaku akhlaqul karimah, tidak mau merugikan (menzalimi) orang lain di segala tempat dan waktu (aktivitas), dan lain sebagainya. Inilah produk manusia yang senantiasa selalu ”tersambung” kesadarannya kepada Tuhan.

          Sedangkan manusia yang terjaga adalah ibarat zombie. Kesadarannya jauh dari jalan Tuhan. Perilakunya senantiasa merugikan orang lain, tidak pernah bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan, ada sifat sombong, iri, dengki dan sifat negatif lainnya. Jadi hidupnya dilingkupi oleh nafsu fujur, jauh dari nilai-nilai ke-Tuhan-an.

          Orang yang berakal adalah mereka yang cerdas spiritualnya, karena mampu ”membaca” apa-apa yang diciptakan Allah SWT dan mengambil hikmah (pelajaran). Manusia ini juga tidak malu dan merasa diri ini bodoh sehingga mau belajar banyak, baik kepada manusia lain maupun lingkungannya.

          Ambilllah contoh bagaimana belajar ”Ke-Tauhid-an” kepada pohon pisang. Apa sih hikmah (pelajaran) dari pohon pisang? Sepertinya ya biasa-biasa saja! Apa istimewanya?

          Coba perhatikan secara seksama adakah pohon pisang yang bercabang? Tentu tidak ada bukan? Tegaknya pohon pisang yang menjulang ke atas sebenarnya memberikan pelajaran kepada kita bahwa orang yang mengaku beragama, beriman, dan bertakwa dalam bertauhid (beribadah) kepada Allah SWT harus lurus/hanif/tidak kemana-kemana. Semua fokus kepada Allah SWT. Hidupnya tidak tergoyahkan oleh hal-hal yang sepele seperti cibiran, fitnah, tuduhan-tuduhan negatif, dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang tercermin dari Rasulullah SAW ketika beliau syiar islam. Meskipun beliau disakiti secara fisik oleh musyrikin quraisy, dianggap sesat, difitnah, dituduh penyihir, dan lain sebagainya, namun beliau tetap kokoh menyampaikan risalah islam.

          Pohon pisang-pun tidak akan mati sebelum berbuah, sehingga dapat dinikmati makhluk lainnya. Ini artinya sebagai manusia janganlah mati dalam keadaan tidak berguna bagi lingkungannya. Apalagi membuat susah orang lain. Ibarat pepatah mengatakan Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia beragama seharusnya dapat bermanfaat bagi orang lain, minimal di lingkungan dimana kita hidup, sebelum ajal menjemput kita.

          Selain itu, pohon pisang-pun tidak akan mati sebelum tumbuh penggantinya (anak pohon pisang). Harus ada regenerasi sebelum dirinya punah. Demikian pula kita sebagai manusia harus mampu memberikan tongkat estafet kepada keturunan maupun umat untuk meneruskan perjuangan hidup yang lebih baik.

          Dari anatomi pohon pisang pun, hampir semua bergunan. Batang pisang bisa digunakan untuk pegelaran wayang kulit, membuat sampan, dan lain sebagainya. Daun pisang bisa untuk membungkus masakan, melindungi dari terik matahari atau terpaan air saat hujan. Jantung buah pisang bisa untuk sayur mayur, sementara buahnya di makan.

          Jadi jangan anggap remeh pohon pisang, ada pelajaran berharga baik ”tersurat” (fisik) maupun ”tersirat” (tafsir keimanan) yang begitu memukau kita kalau benar-benar kita tafakuri. Semoga para sahabat juga dapat menafakuri makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Selamat bertafakur dan jadilah orang yang berakal !!!

Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan download E-Book pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book kedua saya yang berjudul : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.

Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!    
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan FC
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar