BELAJAR
“KE-TAUHID-AN” KEPADA POHON PISANG
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
”(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”. (QS. Ali Imran 3: 191).
Begitu
besar kenikmatan hidup yang telah Allah SWT berikan kepada kita kalau kita mau
merenungi (tafakur). Nikmat yang tertinggi adalah kita diberikan nafas
(kesadaran) yang mempunyai nilai tak terhingga. Belum lagi nikmat dibalik nafas
tersebut, dimana untuk menjalani hidup ini kita tidak direpotkan untuk mengatur
hembusan dan tarikan nafas. Semua berjalan dengan kehendak Allah SWT melalui
Qohar-Nya (Yang Maha Menggerakkan).
Kesadaran-lah
(berakal) yang membuat manusia dilebihkan dari makhluk-makhluk lainnya. Namun
kebanyakan dari kita senantiasa berada dalam posisi sadar, hidup kita
kebanyakan lebih banyak terjaga. Apa beda sadar dan terjaga? Sadar adalah
posisi kita senantiasa ingat akan kenikmatan Allah SWT (dzikrullah) yang
diberikan kepada kita, sehingga dalam menjalani hidup ini senantiasa bersyukur,
positive thinking, berperilaku akhlaqul karimah, tidak mau merugikan (menzalimi)
orang lain di segala tempat dan waktu (aktivitas), dan lain sebagainya. Inilah
produk manusia yang senantiasa selalu ”tersambung” kesadarannya kepada Tuhan.
Sedangkan
manusia yang terjaga adalah ibarat zombie. Kesadarannya jauh dari jalan Tuhan.
Perilakunya senantiasa merugikan orang lain, tidak pernah bersyukur atas apa yang
diberikan Tuhan, ada sifat sombong, iri, dengki dan sifat negatif lainnya. Jadi
hidupnya dilingkupi oleh nafsu fujur, jauh dari nilai-nilai ke-Tuhan-an.
Orang
yang berakal adalah mereka yang cerdas spiritualnya, karena mampu ”membaca”
apa-apa yang diciptakan Allah SWT dan mengambil hikmah (pelajaran). Manusia ini
juga tidak malu dan merasa diri ini bodoh sehingga mau belajar banyak, baik
kepada manusia lain maupun lingkungannya.
Ambilllah
contoh bagaimana belajar ”Ke-Tauhid-an” kepada pohon pisang. Apa sih hikmah
(pelajaran) dari pohon pisang? Sepertinya ya biasa-biasa saja! Apa istimewanya?
Coba
perhatikan secara seksama adakah pohon pisang yang bercabang? Tentu tidak ada
bukan? Tegaknya pohon pisang yang menjulang ke atas sebenarnya memberikan
pelajaran kepada kita bahwa orang yang mengaku beragama, beriman, dan bertakwa
dalam bertauhid (beribadah) kepada Allah SWT harus lurus/hanif/tidak
kemana-kemana. Semua fokus kepada Allah SWT. Hidupnya tidak tergoyahkan oleh
hal-hal yang sepele seperti cibiran, fitnah, tuduhan-tuduhan negatif, dan lain
sebagainya. Kondisi inilah yang tercermin dari Rasulullah SAW ketika beliau
syiar islam. Meskipun beliau disakiti secara fisik oleh musyrikin quraisy,
dianggap sesat, difitnah, dituduh penyihir, dan lain sebagainya, namun beliau
tetap kokoh menyampaikan risalah islam.
Pohon
pisang-pun tidak akan mati sebelum berbuah, sehingga dapat dinikmati makhluk
lainnya. Ini artinya sebagai manusia janganlah mati dalam keadaan tidak berguna
bagi lingkungannya. Apalagi membuat susah orang lain. Ibarat pepatah mengatakan
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Oleh karena
itu, kita sebagai manusia beragama seharusnya dapat bermanfaat bagi orang lain,
minimal di lingkungan dimana kita hidup, sebelum ajal menjemput kita.
Selain
itu, pohon pisang-pun tidak akan mati sebelum tumbuh penggantinya (anak pohon
pisang). Harus ada regenerasi sebelum dirinya punah. Demikian pula kita sebagai
manusia harus mampu memberikan tongkat estafet kepada keturunan maupun umat
untuk meneruskan perjuangan hidup yang lebih baik.
Dari anatomi
pohon pisang pun, hampir semua bergunan. Batang pisang bisa digunakan untuk
pegelaran wayang kulit, membuat sampan, dan lain sebagainya. Daun pisang bisa
untuk membungkus masakan, melindungi dari terik matahari atau terpaan air saat
hujan. Jantung buah pisang bisa untuk sayur mayur, sementara buahnya di makan.
Jadi jangan
anggap remeh pohon pisang, ada pelajaran berharga baik ”tersurat” (fisik)
maupun ”tersirat” (tafsir keimanan) yang begitu memukau kita kalau benar-benar
kita tafakuri. Semoga para sahabat juga dapat menafakuri makhluk-makhluk
ciptaan Allah SWT lainnya. Selamat bertafakur dan jadilah orang yang berakal !!!
Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan download E-Book pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book kedua saya yang berjudul : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. Semoga bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.
Marilah kita tetap ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan FC
Pondok Ar-Rahman
Ar-Rahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar