Suatu ketika (tepatnya
6 tahun yang lalu/2007) seorang sahabat saya datang ke rumah. Setelah mengucapkan
salam, kemudian dia saya persilahkan masuk dan duduk. Setelah beberapa saat
berbincang-bincang, dia dengan setengah memohon agar saya bersedia meminjam
handphone saya. Mengingat dia sahabat saya, maka tanpa basa-basi HP saya
berikan. Apa yang terjadi dan diperbuatnya kemudian? Betapa kagetnya saya!
Teman saya melemparkan HP tersebut ke atas, kemudian menangkapnya lagi (untung
tertangkap, kalau tidak pasti sudah hancur HP saya karena jatuh dilantai).
Secara spontan saya memprotes tindakannya.
“Apa yang baru saja kamu lakukan dengan Handphone saya?”
Dia hanya tersenyum
dan tidak menjawab pertanyaan saya namun justru balik bertanya, “Apa yang kamu rasakan ketika HP kamu saya
lempar ke atas?”
“Tentu saja kaget, dan hati saya berdebar-debar karena
takut HP saya jatuh dan hancur!” Jawab saya agak sedikit ketus.
Teman saya malah
tambah tersenyum. Dalam hati saya sempat
terlintas perkataan “Ini orang kok iseng
banget. Tidak menjawab pertanyaan saya malah senyum-senyum. Apa sih maunya?”
Tak berapa lama kemudian, teman saya memasang
mimik wajahnya dengan serius, “Kamu tahu
nggak hikmah dibalik apa yang saya lakukan tadi? Pelajaran apa yang dapat kamu
petik?”
Melihat dia serius,
maka saya juga berusaha memperhatikan apa yang ingin dia katakan.
“Begini lho
hikmahnya. Rasa berdebar-debar dan ketakutan yang menyelimuti hatimu adalah
tanda bahwa kamu sudah terikat dan terbelenggu oleh HP-mu. Padahal HP yang
engkau miliki sejatinya bukan milikmu, tapi sarana yang diberikan Allah SWT
untuk engkau gunakan sebagai ibadah!”, kata teman saya.
“Terus?” Tanya saya.
Melihat wajah saya
yang serius dan untuk mencairkan ketegangan, dengan sedikit berkelakar teman
saya menjawab, “Ya kalau terus ya nggak
belok…hehehehehe. Maksud saya begini, bahwa apa-apa yang kita anggap di dunia
ini milik kita sejatinya bukan milik kita. Kita hanya dipinjami Allah SWT.
Namanya saja dipinjami, maka ketika diminta ya kita dengan ikhlas harus
mengembalikan. Rumah, harta benda, perhiasan, bahkan keluarga kita adalah
fasilitas yang dipinjamkan Allah SWT kepada kita. Kalau kita sudah sadar dan
paham ini, maka sewaktu-waktu diminta Allah SWT pasti kita akan ikhlas. Jangan
sampai kita diperbudak oleh semua fasilitas itu, sehingga ketika kita
kehilangan maka kita akan sedih, kecewa, marah dan lain sebagainya”.
Saya mulai paham
dengan apa yang dilakukan teman saya atas handphone saya.
Kemudian dia
meneruskan, “Kita seharusnya mampu
memposisikan diri dalam menyikapi semua fasilitas yang diberikan Allah SWT.
Atas semua fasilitas yang dipinjamkan maka sikap kita adalah melepas, tetapi
tidak membuang”.
“Maksudnya?” Tanya saya.
“Melepas berarti kita
tidak terikat ketika fasilitas itu diminta oleh yang punya, entah itu dengan
cara hilang dicuri, rusak, atau sebab lainnya. Sedangkan tidak membuang maksudnya kita janganlah menolak ketika
Allah SWT meminjami fasilitas kepada kita. Ini pemahaman zuhud (cara hidup
sederhana) yang salah kaprah! Fasilitas adalah rejeki dan patut kita syukuri
dengan cara memanfaatkan untuk beribadah kepada-Nya!”
Saya membenarkan
penjelasan teman saya dan mengangguk-angguk kepala. Kemudian dia meneruskan, “Lihatlah fenomena yang ada disekitar kita,
banyak orang yang merasa dan mengaku beragama, namun yang terjadi sering
bertolak belakang. Ketika fasilitas kita diminta Allah SWT, kita sering
menangisi, bahkan terkadang sampai sakit dan pingsan. Anehnya, ketika kita
tidak mengerjakan amal ibadah kok rasanya tenang-tenang saja, seolah-olah kita
tidak merasa kehilangan. Ini kan aneh. Rasa-rasanya kita lebih rela kehilangan
Allah SWT daripada kehilangan fasilitas-fasilitas yang Dia pinjamkan!”.
Sekali lagi saya coba
meresapi, memahami dan merenungkan apa yang disampaikan teman saya. Kemudian
saya mencoba flashback atas perjalanan hidup manusia di dunia ini yang
menyebabkan semua ini bisa terjadi.
(Bersambung)
Untuk
menambah wawasan beragama anda silahkan download E-Book (Electronic Book)
Pertama saya yang berjudul : MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA'RIFATULLAH dan E-Book kedua yang berjudul : MENGAJI AL-QUR'AN KEPADA ALLAH. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.
Marilah kita tetap ISTIQOMAH
untuk meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar