Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak
seperti panggilan sholat (adzan) di waktu dhuhur, ashar, maghrib dan isya’,
pada sholat subuh ada tambahan panggilan yang begitu indah yaitu Ashsholatu
Khoirum Minan Naum (Sholat lebih baik dari pada tidur). Pertanyaannya, “Mengapa sholat lebih baik daripada tidur?
Bukankah tidur lebih enak, menyehatkan badan, dan memulihkan tenaga untuk beraktivitas
di pagi harinya? Mengapa justru kita disuruh bangun untuk mendirikan sholat?
Misteri apa dibalik panggilan bahwa sholat lebih baik daripada tidur?”
Sebenarnya
antara tidur dan sholat mempunyai inti yang sama yaitu ma’rifatullah atau lebih
tepatnya berjumpa Allah (Mulaqu Rabbihim) dan kembali kepada Allah (Illaihi
Roji’uun), namun memiliki derajat yang berbeda. Apa yang membedakannnya? Antara
sadar dan tidak sadar. Kok?
Agar
lebih mudah memahaminya, kita ambil contoh saja apa yang pernah dialami oleh
beberapa nabi yang tertulis dalam Al-Qur’an sehingga kita benar-benar yakin.
a.
Berjumpa
dan kembali ke Allah SWT dalam kondisi tidak sadar
Manusia dalam kondisi tidur (tidak sadar diri) dan pada saat itu pula bermimpi sebenarnya terjadi di ruang lain yang "tidak
berbentuk", unsur jiwa (ruh jasmani) yang tidak berbentuk adalah sebagai pemeran utama. Sementara ruh ruhani kembali atau
“dipegang” oleh Allah SWT. Pada kondisi tidur maka gelombang otak berada dalam
posisi Theta (4-8 Hz) yang dihasilkan oleh pikiran bawar sadar (subconscious
mind). Theta akan muncul saat bermimpi dan saat terjadinya REM (Rapid
Eye Movement). Secara
jelas Allah SWT dalam Al-Qur’an menerangkan bahwa orang yang tidur identik
dengan belajar mati (menuju kematian/Illaihi
Roji’uun) karena kesadarannya tidak ada.
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan
(memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah
jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang
lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang pada demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”.(QS.
Az-Zumar 39:42)
Tidur bukanlah aktivitas yang main-main. Di dalamnya
mengandung pelajaran yang berharga dan bisa jadi penentu mati kita khusnul
chotimah (berakhir baik) atau su’ul chotimah (berakhir buruk). Coba
anda perhatikan arti dan makna doa sebelum dan sesudah tidur di bawah
ini. Ternyata pada saat tidur manusia sedang berangkat
menuju “kematian”!.
Ketika kita akan
berangkat tidur, kita memanjatkan doa, “Bismika Allahumma Ahya Wa Amut” (Dengan
nama-Mu ya Allah aku hidup dan mati - HR. Bukhari dan Muslim) dan
ketika bangun tidur berdoa, "Alhamdu
lillahil-ladzi ahyaanaa ba'da maa amaatana wailaihin-nusyuur" (Segala
Puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-Nya
kami kembali - HR. Bukhari).
Jadi “ber-ma’rifatullah”-nya anda dalam tidur tergantung niat yang
menyertai anda tidur. Maka tidak heran, banyak dari kita yang tidur lupa berdo’a
sehingga sering bermimpi buruk.
Ketika kita berdoa secara benar, maka insya
Allah mimpi dalam tidur kita adalah bentuk pengajaran dari Allah SWT
sebagaimana Allah SWT juga
mengajarkan kepada para nabi/rasulnya melalui mimpi, diantaranya yang pernah
dialami nabi Ibrahim AS ketika mendapat perintah untuk menyembelih
(meng-qurban-kan) putranya, Ismail AS. Perintah ini untuk menguji apakah nabi
Ibrahim AS mematuhi perintah-Nya dan tidak ragu-ragu menunaikannya. Dan
sebagaimana kita ketahui bersama perintah itu dijalankan oleh sang nabi, namun
sebelum ujung pedang menyentuh leher Ismail AS, melalui malaikat, Allah SWT
menggantikannya dengan seekor domba.
“Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar” (QS. Ash-Shaaffaat 37: 102-107)
Perihal mimpi juga pernah dialami oleh nabi Yusuf AS
ketika masih kecil. Dalam mimpi tersebut beliau melihat sebelas bintang,
matahari dan bulan bersujud kepadanya. Beliau kemudian menceritakan tabir mimpi
itu kepada ayahnya, nabi Ya’qub AS. Sang ayah kemudian menjelaskan bahwa saat
dewasa nanti Yusuf kecil akan diangkat menjadi Nabiyullah. Atas mimpi tersebut,
nabi Yusuf AS dilarang menceritakan kepada saudara kandungnya karena akan
memicu kebencian dan iri dengki (QS.
Yusuf 12:4).
Mimpi yang berupa “wahyu ini” dapat terjadi ketika seseorang telah mampu mendirikan
jalan agama (dinn) yaitu tersambungnya jiwa dengan akal. Demikian pula dengan pingsan (tidak sadarkan diri)
sebagaimana yang dialami oleh nabi Musa AS.
“Dan
tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami
tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku,
tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala)
niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada
gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci
Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama
beriman." (QS. Al-A’raaf
7:143)
Baik apa yang dialami Nabi Ibrahim AS, Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS
adalah berma’rifatullah. Mereka “berjumpa dan kembali” ke Allah SWT dan
mendapat pengajaran berupa wahyu. Inilah contoh bahwa dalam ketidaksadaran pun
manusia dapat berma’rifatullah, asal didahului dengan niat dan berdoa yang
benar (bukan membaca doa!!! Karena membaca doa dan berdoa beda maknanya)
Untuk
menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan
cara men-download. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
- E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW
DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna
merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini
untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
- E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT
FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping
ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk
meraih ridha Allah SWT!!!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar