DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Jumat, 23 Agustus 2013

DIMANA MASJIDKU?


DIMANA MASJIDKU?
           
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

            Kalau kebetulan para pembaca berdomisili di pulau Jawa dan sering bepergian keluar kota, maka ada perasaan bangga terhadap perkembangan umat islam dalam mendirikan rumah ibadah (masjid). Hanya beberapa kilo jarak antara masjid satu dengan masjid yang lain saling berdekatan, sehingga ketika waktu shalat datang maka anda tidak perlu bersusah payah mencari masjid sebagai tempat untuk memuliakan Allah SWT.

            Namun dibalik kebanggan tersebut, saya secara pribadi juga merasakan kesedihan dan kegelisahan. Mengapa? Karena tidak semua masjid itu benar-benar diperuntukkan bagi umat islam sebagaimana mestinya. Paling tidak saya pernah mengalami tiga peristiwa, Pertama,  Pernah suatu kali pada hari Jum’at di sebuah kota di sebelah selatan Jawa Tengah tatkala saya bepergian dan kebetulan waktu shalat Jum’at akan di mulai, saya mencari masjid yang paling dekat ditemui. Tanpa memandang dan memperhatikan jamaah di sekitar masjid tersebut, saya langsung berwudhu dan bergabung dengan jamaah lainnya yang akan menunaikan ibadah shalat Jumat. Semua terasa biasa-biasa saja hingga prosesi shalat berakhir baru saya sadari ada kejanggalan. Banyak para jamaah yang memperhatikan diri saya, dan ternyata masjid itu milik aliran tertentu, sehingga kehadiran saya terasa asing di mata mereka.

            Kedua,  Hal yang sama juag pernah saya alami ketika saya menjalankan ibadah shalat fardhu. Saat itu pun tidak terbersit ada sesuatu yang aneh dalam masjid maupun jamaahnya. Namun apa yang terjadi setelah saya selesai mendirikan shalat dan meninggal tempat tersebut? Sambil memakai sepatu, saya perhatikan ada seseorang (marbot) mendekati bekas saya shalat dan membersihkan tempat tersebut. Seolah-olah tempat yang saya pakai untuk mendirikan shalat seperti (maaf) meninggalkan bekas najis. Karena rasa penasaran, saya kemudian bertanya kepada penduduk di luar (sekitar) masjid tersebut. Ternyata tempat ibadah itu milik aliran tertentu, jadi jamaah yang di luar dari aliran itu dianggap “orang asing” sehingga bekas tempat shalat perlu dibersihkan. Saya cuma tertegun dan bingung.

            Ketiga,  Peristiwa kali ini lebih membuat saya pengin cepat-cepat meninggalkan masjid. Ini terjadi pada hari jumat ketika mendengarkan khotbah. Sungguh isi khotbahnya “menyeramkan”. Bayangkan mereka menjelek-jelekkan kelompok tertentu karena perbedaan hal-hal yang kecil (furuq). Memang sih antara kelompok ini dengan kelompok lain yang disindir kalau dalam forum kenegaraan seolah-olah mesra, bisa duduk bersama dan tidak ada konflik. Namun bila mereka tidak bersamaan atau dalam forum resmi, maka ada semacam “dendam” bersemayam di dua kelompok ini dan kondisi ini telah berlangsung lama. Tak heran bila saya mempunyai teman yang antipati untuk shalat di masjid kelompok A, demikian pula sebaliknya.

            Itulah kesedihan dan kegelisahan saya. Masjid adalah rumah umat islam dan tempat mulia. Pada jaman Rasulullah Muhammad SAW dulu, fungsi masjid tidak hanya untuk beribadah namun juga sebagai pemersatu umat islam, berdiskusi dan memecahkan masalah umat maupun pemerintahan, dan lain sebagainya.

Lalu apa yang terjadi sekarang? Inikah representasi dari umat islam sekarang ini? Mengapa kita yang seiman dan bersaudara justru saling berpecah belah dan saling mencurigai? Apakah kondisi ini sebagai bentuk realita yang terjadi seperti apa yang disabdakan Rasulullah SAW dulu bahwa pasca beliau wafat umat islam akan terpecah belah menjadi 73 golongan (firqah) dan hanya satu yang benar? Apakah saat ini umat islam sudah tidak mau mengindahkan peringatan dari beliau untuk kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah? Padahal jaman Rasulullah SAW dulu islam tidak ada aliran, golongan, kelompok. mahzab, dll. Islam itu satu, tidak terkotak-kotak yang didasari kepentingan pribadi atau golongan. Bukankah berpecah belah merupakan salah satu kategori orang munafik? Apa sih orang munafik itu? Dalam pengertian syara’, munafik adalah orang yang lahirnya menyatakan beriman, padahal hatinya kufur.  Hal apa yang mesti kita lakukan ketika menemui masjid malah dijadikan tempat untuk memecah belah umat? Mari kita belajar dari jaman Rasulullah Muhammad SAW dahulu.

Sejarah telah mencatat, pasca perang Tabuk, Rasulullah Muhammad SAW dihadapkan dengan beberapa umatnya yang berperilaku munafik. Ada sekelompok kaum munafik di Dzu Awan (sejauh perjalanan satu jam dari Madinah) yang membangun masjid bernama Dhirar, dengan maksud untuk memecah belah umat islam, membelokkan ajaran agama islam dan sebagai tempat berkumpul bagi golongan mereka. Mereka minta kepada Rasulullah SAW, supaya bersedia membukakan dan menunaikan shalat di dalamnya. Akan tetapi Rasulullah SAW tahu bahwa masjid itu dibangun dengan niat buruk, lalu beliau menolak permintaan mereka bahkan memerintahkan supaya masjid itu dibakar. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an.

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9: 107-110).

                Ayat di atas tentu tidak saja berlaku pada masa Rasulullah SAW dulu, tetapi juga relevan pada saat sekarang ini. Dari ayat di atas ada hal yang saya garis bawahi, bahwa ketika fungsi masjid justru dijadikan untuk memecah belah umat islam maka Allah SWT secara jelas dan tegas melarang kita untuk mendirikan shalat di masjid itu selama-lamanya.  

            Lalu langkah apa yang mesti kita ambil agar tidak melanggar larangan Allah SWT? Jawabannya saya kembalikan ke sidang pembaca, dan saya tahu bahwa anda lebih bijak dalam memberikan jawabannya.

Semoga artikel singkat ini dapat bermanfaat, dan dapat menjadi pijakan (kontemplasi) kita bersama dan lebih berhati-hati. Amin ya Rabbal’alamiin.

Untuk menambah wawasan beragama anda, silahkan baca dan membeli E-Book saya dengan cara men-download. Adapun E-Book yang telah saya terbitkan adalah :
  1. E-Book PERTAMA saya yang berjudul : “MENELADANI SPIRITUAL RASULULLAH SAW DALAM BERMA’RIFATULAH” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/05/e-book-meneladani-spiritual-rasulullah.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  2. E-Book KEDUA saya yang berjudul : “MENGAJI AL-QUR’AN KEPADA ALLAH”  http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/06/e-book-kedua-mengaji-al-quran-kepada_5596.html (silahkan klik kalimat/tulisan berwarna yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
  3. E-Book KETIGA saya yang berjudul : “MENYIBAK TAKWIL RAKAAT SHALAT FARDHU” http://www.akubersujud.blogspot.com/2013/07/e-book-ketiga-menyibak-takwil-rakaat.html (silahkan klik kalimat/tulisan yang berwarna merah disamping ini untuk mengetahui syarat dan ketentuannya).
Semoga bermanfaat!!!
Senantiasa ISTIQOMAH untuk meraih ridha Allah SWT!!!
            
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Iwan Fahri Cahyadi
Pondok Ar-Rahman Ar-Rahim
Semarang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar