DAPAT UANG MELALUI INTERNET

Rabu, 25 Maret 2009

Sudahkah Kita di-Iman-kan Allah SWT?

SUDAHKAH KITA DI-IMAN-KAN ALLAH?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pada suatu hari ketika Rosulullah Muhammad SAW sedang memberikan tausiyah kepada para sahabat, datanglah orang Arab Badwi. Kemudian berkatalah orang Arab Badwi itu : “Ya Rosululloh, saya telah beriman kepada Allah SWT”. Saat itu Rosulullah tidak langsung menjawab, dan tidak seberapa lama turunlah firman Allah SWT. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an.

“Orang-orang Arab Badwi itu berkata: ”Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman”, tetapi katakanlah “Kami telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu....”(Al-Hujuraat 49 :14).

Pelajaran apa yang dapat kita petik dari ayat tersebut diatas? Paling tidak ada 2 (dua) hal :

Pertama, orang-orang Arab Badwi itu belumlah beriman kepada Allah tapi baru berislam (tunduk, patuh dan berserah diri kepada Allah SWT), ...Lho kok bisa? Ya bisa..ternyata iman itu tidak hanya sekedar perkataan, “Saya beriman kepada Allah” lalu kita dianggap sudah beriman. Dan perlu saya tegaskan bahwa kita sebagai manusia tidak bisa beriman (seringkali kita hanya meng-iman-kan diri sendiri seperti contoh orang Arab Badwi diatas).

Pertanyaannya adalah : "Pernahkah kita belajar tentang iman kepada Allah?" Kenyataannya kebanyakan manusia tidak pernah belajar agar di-iman-kan oleh Allah SWT tetapi mereka meng-iman-kan diri mereka sendiri. Bahkan Allah SWT “menyindir” manusia lewat firman-Nya:

“Kebanyakan mereka tiada beriman kepada Allah, malahan mereka mempersekutukan-Nya” (QS. Yunus 12 : 106)

“Pada hari (kiamat) Kami panggil tiap-tiap orang dengan imannya...Barang siapa buta (hati) di (dunia) ini, niscaya pula di akhirat kelak akan lebih sesat jalannya”(QS. Al-Isra’ 17 : 71-72).

Lalu apa yang menjadi tanda bahwa kita telah beriman? (lebih tepatnya di-iman-kan Allah!!!)

Kedua,Kemudian Allah SWT memberitahukan arti iman kepada Rosululloh SAW untuk disampaikan kepada Arab Badwi,“iman itu belum masuk ke dalam hatimu....”.

Rosululloh Muhammad SAW sendiri di-iman-kan oleh Allah SWT ketika ber-uzlah di Goa Hiro’ pada saat pertama kali menerima wahyu. Kondisi saat itu Rosululloh SAW menggigil kedinginan dan keluar keringat dingin, padahal kondisi cuaca di Arab sana sangatlah panas. Bahkan ketika pulang ke rumah, Beliau meminta istrinya, Siti Khadijah untuk menyelimutinya karena kedinginan.

Apa gerangan yang dirasakan Rosululloh SAW saat itu...ternyata beliau di-iman-kan Allah...dan dada beliau bergetar hebat diluar kemauannya (diluar kehendak ego-nya)...dada Beliau bergetar menyebut nama Dzatullah...Allah...Allah......dada terasa dingin...badan gemetar dan perlahan kemudian ketenangan menyelimuti hati Beliau (Subhanallah....)....Begitulah proses iman turun di dada Rosullulah SAW, juga ke dada orang-orang mukmin (beriman), seperti dalam firman-Nya:

“....kemudian Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada Rasul-Nya dan Orang-orang Mukmin dan Dia menetapkan mereka dengan kalimat Taqwa (Asma-Nya),.....(Al-Fath 48:36)

Dalam hadits Allah SWT berkata :"Tidak akan mampu langit dan bumi ini menampung Aku, kecuali hati orang-orang yang beriman" (diterjemahkan secara bebas). Ya..kita selama ini sering keliru menilai..bahwa yang namanya Baitullah (masjidil haram) adalah ka'bah yang ada di Mekah. Padahal yang dimaksud Baitullah yaitu hati manusia, seperti firman Allah SWT : "Kemana saja engkau berjalan maka hadapkan mukamu ke arah masjidil Haram (hatimu)...(Al-Baqarah 2: 150).

Coba bayangkan kalau yang dimaksud masjidil haram yang di Mekah...dan kita berjalan harus menghadapnya..bisa nabrak-nabrakan? maaf sekedar intermezo-tapi ini beneran lho).

Dan memang sungguh hebat pengaruh keimanan itu dalam perilaku Rosululloh SAW. Beliau tidak pernah marah ketika orang kafir mengumpat Beliau, meludahi Beliau, melempar batu hingga Beliau berdarah, bahkan menganggap Beliau gila. Tetapi Rosullulloh SAW tidak pernah marah atau membalas....dengan kelembutan hati Beliau justru mendo’akan orang-orang kafir agar diampuni dosanya karena ketidaktahuannya.

“Engkau tidak memperoleh kaum yang beriman kepada Allah & Hari Kemudian, bahwa mereka mengasihi orang-orang yang menentang Allah & Rasul-Nya, meskipun mereka itu Bapak, anak, saudara atau kerabatnya. Mereka telah ditetapkan Allah keimanan dalam hatinya & dikuatkan-Nya mereka dengan ruh daripada-Nya".(Al-Fath 48:26).

Ini sedikit gambaran tentang proses keimanan. Insya Allah lain waktu kita uraikan panjang lebarnya.

Sekarang pertanyaannya adalah...
1. Sudahkah kita di-iman-kan oleh SWT?
2. Banyak orang yang mengaku beriman tetapi sesama saudaranya sendiri (umat islam) saling menyakiti, mengolok-olok, mencaci-maki bahkan mengkafirkan (astaghfirullah!) .... apalagi dengan yang non-muslim. Layakkah dia disebut orang beriman?

Demikian sumbangsih saya..semoga bermanfaat.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Fahri
SC-HSS

1 komentar: